14 January 2022

"Metaverse" Hadir, Bagaimana Masa Depan Kehidupan Manusia?

Pernahkan terbayang bilamana di dunia ini tersedia pilihan dalam menjalankan aktivitas yaitu alam nyata dan alam virtual, dimana kita bisa berpindah untuk memilih beraktivitas antara satu alam ke alam yang lainnya, sesuai kemauan kita sendiri?

Ready Player One (Warner Bros)
Pada saat Perusahaan Facebook diumumkan berganti nama menjadi Meta pada tanggal 28 Oktober 2021, CEO Mark Zuckerberg menyampaikan visinya tentang teknologi komunikasi masa depan dengan konsep dunia virtual yang bernama Metaverse.

Dalam pemaparanya, digambarkan bahwa Metaverse adalah suatu konsep teknologi infomasi yang mengintegrasikann aktivitas dunia nyata di dalam alam virtual. Di mana dalam metaverse para pelaku dapat saling bertemu, berinteraksi serta menjelajahi dan merasakan alam virtual di dalamnya layaknya sedang berada di dunia semesta.

Dalam berapa ulasan, dijelaskan bahwa gambaran bilamana metaverse hadir menjadi bagian dari kehidupan manusia adalah seperti digambarkan dalam film fiksi ilmiah yang berjudul "Ready Player One" (2018). Dalam film Ready Player One seseorang bisa masuk ke dalam permainan (games) alam virtual dan berinteraksi dengan yang lain menggunakan perangkat berbasis virtual reality (VR) dan augmentend reality (AR). Setiap orang juga bisa memiliki avatarnya masing-masing, sehingga dapat berpenampilan sesuai keinginannya.

Orang-orang yang di dunia nyata berada diberbagai belahan dunia, bisa melakukan pertemuan dan beraktivitas bersama, untuk rapat, belajar kelompok atau sekedar bermain di dalam suatu ruang yang sama di metaverse. Dan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan juga disimulasikan secara virtual untuk disediakan secara bersamaan.

Disamping itu, dalam pembahasan lain yang bisa temukan di Youtube, di dalam metaverse juga memungkinkan seseorang memiliki aset, tentunya aset tersebut berbentuk digital karena hanya akan dapat dilihat, ditemui dan dimanfaatkan di dalam alam metaverse. Dan aset tersebut bisa ditransaksikan, diperjual-belikan atau disewakan dalam pasar digital antara penduduk metaverse.

Terbayang bahwa metaverse sungguh canggih dan mempesona, batas-batas yang ada dan ditemui di dunia nyata bisa ditembus sehingga menghadirkan peluang dan kesempatan baru di alam virtual metaverse. Atas kecanggihan dan manfaat tersebut, metaverse digadang-gadang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan nyata manusia di masa depan.

Namun demikian bisa jadi metaverse yang sedang dikembangkan saat ini juga memiliki potensi lebih jauh lagi. Visi atas apa yang bisa diwujudkan oleh teknologi di masa depan bisa memunculkan pertanyaan yang membuat kita menerawang, dan berpikir berkali-kali untuk mengatisipasi dampak dari kemajuan teknologi di masa mendatang.

  1. Bagaimana jika kemajuan teknologi di masa depan mungkin saja bisa membuat manusia dapat mengakses metaverse melalui suatu alat yang terhubung langsung dengan syaraf manusia sedemikian rupa sehingga mengakses metaverse menjadi lebih mudah?
  2. Bagaimana jika di masa depan metaverse bisa dimasukan ke dalam alam bawah sadar manusia?
  3. Jika metaverse benar-benar terwujud, mungkinkah manusia bisa menghidari keadaan ketergantungan atas kecanggihan teknologi tersebut.
  4. Atau mungkinkah manusia justru akan terlena dengan metaverse, dengan virtualisasi yang sempurna sehingga secara sadar manusia akan memilih untuk hidup di dalam metaverse dibandingkan dengan hidup di alam nyata?

Poster The Matrix (Warner Bros)
Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat kita semakin dalam masuk ke dalam imajinasi teknologi, layaknya menyaksikan film fiksi ilmiah Hollywood yang membuat kita terkesima dan tak mampu untuk menghidarinya. Teknologi yang awalnya ditemukan untuk memberikan manfaat bagi manusia, bisa berbalik memunculkan ketergantungan dan membuat manusia menjadi konsumen kecanggihan yang mempesona sehingga tanpa sadar manusia telah menjadi budak teknologi. Jika itu yang terjadi, visualisasinya mungkin seperti yang digambarkan dalam film The Matrix (1999). 

Dalam film tersebut manusia-manusia dimasukkan ke dalam bejana inkubator sedemikian rupa, dengan kesadaran dan pikiran yang dimanipulasi, mereka seolah-olah hidup dan melakukan aktivitas di dunia nyata, padahal sebenarnya mereka sedang berada dalam alam virtual yang disebut "The Matrix". Dan saat itu tubuh mereka terhubung melalui suatu alat dan jaringan dimana mesin yang berkuasa saat itu sedang menyerap energi dari tubuhnya.

Inkubator dalam film The Matrix
Tentunya kita tidak ingin hal yang digambarkan dalam film The Matrix terjadi pada umat manusia. Teknologi diciptakan untuk membantu manusia dalam menjalankan berbagai aktivitas dalam hidup sehingga bisa lebih mudah dilaksanakan, lebih cepat diselesaikan, serta memberikan manfaat yang lebih baik. Namun demikian kita juga harus mampu mengendalikan diri agar teknologi tidak menjadi candu.


0 comments: